Minggu, 16 November 2008

Lab. Komputer SMP Patra Dharma 1 Balikpapan

Migrasi Komputer Administrasi Sekolah

Migrasi ini dilakukan oleh tim Migrasi Linux sparadha one sambil bersilaturahim dengan para aktifis pendidikan. Komputer yang biasa digunakan untuk melakukan kegiatan administrasi terganggu oleh virus brontok dan kawan-kawannya. Tentu saja hal tersebut sangat mengganggu kelancaran kegiatan administrasi sekolah. Bahkan ada komputer yang saking parah masalah virusnya hingga untuk menggerakkan mouse saja sangat sulit. Komputer bekerja dengan sangat lambat hingga mengalami hang. Pada saat itulah diputuskan untuk melakukan migrasi ke Linux agar terhindar dari gangguan virus untuk selamanya. Perlu dicatat di sini adalah ternyata kebanyakan user tidak terlalu aware terhadap legalitas software ataupun tentang HAKI. Yang penting bagi user adalah komputer berjalan dengan baik tanpa gangguan sehingga kegiatan administrasi berjalan lancar.

Komputer yang dimigrasikan memiliki spek memory yang cukup terbatas yaitu hanya 128 MB. Tentu saja untuk melakukan migrasi di sekolah ini sangat cocok menggunakan Edubuntu. Hal ini didukung oleh atmosfir edubuntu yang sangat mencerminkan suasana sekolah mulai dari wallpaper, icon, hingga software-software nya yang sudah mendukung dunia pendidikan. Tentu saja didalamnya sudah ada OpenOffice Writer, Calc, dan Impress yang dibutuhkan untuk melakukan fungsi word processor, spreadsheet, dan presentasi.

Migrasi di awali dengan mem-backup seluruh data administrasi sekolah yang ada di komputer menggunakan flashdisk ke komputer lain. Untuk membantu kerja memory yang minim agar komputer bekerja lebih cepat, pada saat instalasi dibuat partisi Swap dengan ukuran yang cukup besar yaitu 700 MB.

Setelah instalasi selesai, yang pertama kali dilakukan adalah mengembalikan data-data yang di-backup. Data-data tersebut langsung dibuka menggunakan OpenOffice untuk mencek hasilnya. Alhamdulillah tidak ada masalah sama sekali. Selanjutnya adalah menyetting printer. Di Edubuntu ini sangat mudah sekali untuk melakukan hal tersebut. Pada bagian setting printer kami mengisikan merk dan tipe printer yang digunakan. Tidak perlu mengistall driver. Memang saat itu nomor tipe printer yang digunakan tidak tercantum. Tetapi dengan memilih tipe yang terdekat, printer sudah berhasil digunakan dan mencetak dokumen dengan baik.

Pada awalnya tampilan Gnome memang terasa berbeda dari Operating System yang sebelumnya digunakan. Namun hanya dengan sedikit panduan menghidupkan OpenOffice, membuka file, dan menyimpan file, pengguna sudah bisa langsung bekerja. Desktop Gnome memang simple dan mudah dimengerti, asalkan user mau mencobanya. User juga diajarkan menyimpan/meng-copy file ke flashdisk untuk transfer data, kemudian klik kanan pada icon flashdisk di desktop untuk melakukan eject flashdisk (unmount).

Kini SPARADHA ONE bisa mengucapkan selamat tinggal pada brontokkksss…..

Bagaimana Cara Memperkenalkan Linux dan Open Source Software di Sekolah?

by Rozieguru

Tulisan ini berawal dari kegelisahan saya atas sebuah email dari salah teman saya (anggap saja namanya Budi Dharmawan), yang menanyakan tentang bagaimana cara memperkenalkan linux dan open source software di sekolahnya… Budi memiliki impian dan rencana untuk memperkenalkan Linux dan software open source di sekolahnya dengan cara yang paling tepat. Apa yang menjadi alasan utama, ada beberapa alasan setelah mendapati situasi sebagai berikut:

  1. Permasalahan biaya pengadaan sistem operasi dan aplikasi. PC yang ada di sekolahnya sekitar 200 unit, dan sebagian PC tersebut tidak memiliki lisensi software yang resmi (istilah lainnya: menggunakan software bajakan). Dari perhitungan sementara, biaya lisensi untuk software yang digunakan tersebut mencapai 3 milyar rupiah. Bayangkan saja jika uang tersebut digunakan untuk membeli PC, setiap guru dan karyawan bakalan kebagian satu-satu. Hehe… Tapi bayangkan jika didenda dengan nilai sebegitu besar, bisa jadi langsung tutup sekolahnya? Hmm…
  2. Permasalahan perawatan sistem. Semua PC digunakan dalam proses pembelajaran di laboratorium komputer (mata pelajaran TIK) dan administrasi sekolah (di ruang guru dan tata usaha). Dan meski sudah ditanami bermacam software anti virus paling canggih (yang juga software bajakan), selalu saja virus ada di mana-mana. Sebagian waktu staf IT dan guru komputer di sekolahnya habis untuk mencari anti virus terbaik dan updatenya, serta menangani kehilangan data dan kerusakan sistem yang diakibatkan virus komputer.
  3. Bahwa dalam kurikulum KTSP tidak disebutkan nama software, tetapi kategori software yang digunakan. Sayangnya, sampai saat ini belum dijumpai buku panduan untuk guru dan siswa dalam mata pelajaran TIK (tingkat SD sampai SMA) yang menggunakan Linux dan OSS. Jadi software apa di Linux dan OSS yang dapat digunakan?
  4. Lembaga tempat dia bekerja belum memiliki kebijakan mengenai lisensi software. Belum memiliki ini dikarenakan bukan karena masih buta tentang apa itu lisensi software, tetapi karena tidak mau peduli dan tidak mau tahu. Alasan yang selalu dibuat banyak sekali, mulai dari sweeping tidak akan masuk ke sekolah sampai karena tidak ada biaya untuk membeli software berlisensi. Usulan Budi untuk menggunakan Linux dan OSS (yang jelas-jelas tidak harus membayar lisensi software untuk menggunakannya) hanya merupakan angin lalu yang dianggap mengada-ada. Kenapa harus susah-susah belajar lagi, toh menggunakan yang sudah ada masih nyaman. Ngga bakalan ada sweeping sofware bajakan di sekolah, dan masalah hilang data serta kerusakan sistem karena virus biarlah menjadi pekerjaan staf IT dan guru komputer. Yang paling serius lagi adalah tidak ada anggaran untuk menggunakan software berlisensi.
  5. Budi sudah mencobakan dual sistem dalam upaya memperkenalkannya. Sayangnya Linux dan OSS tidak digunakan karena masih merasa nyaman dengan sistem yang lama..

Budi yakin bahwa Linux dan Open Source Software menawarkan solusi yang tepat dan patut dipertimbangkan sebagai aplikasi untuk mata pelajaran TIK dan administrasi sekolah. Selain karena murah biayanya (tidak harus membayar lisensi software yang mahal), Linux juga bebas virus. Ada satu alasan lagi yang sangat penting, bahwa Linux dan OSS lebih menarik kreativitas siswa dan guru. Pekerjaan besar yang berkaitan dengan proses penggunaan linux dan OSS disekolah ini nantinya akan meliputi:

  • Menyatukan persepsi tentang pilihan untuk menggunakan Linux dan OSS.
  • Migrasi semua PC beserta sistem di dalamnya. Untuk migrasi ini tidak mudah, karena PC yang ada memiliki spesifikasi hardware yang berbeda-beda.
  • Pelatihan. Bagaimana memberi pelatihan kepada penggunanya?
  • Pengadaan buku panduan siswa dan guru sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
  • Pengadaan buku panduan bagi karyawan yang menggunakan PC dalam pekerjaannya sehari-hari.

Harapan Rozieguru adalah:

  1. Untuk pemerintah: Dukungan dari pemerintah (dalam hal ini Depdiknas) untuk tidak hanya menganjurkan penggunaan Linux dan OSS. Tetapi memberikan solusi berupa pengadaan buku-buku mata pelajaran TIK berbasis Linux dan OSS. Budi sangat yakin bahwa jika buku tersebut tersedia, maka pembajakan software di Indonesia dapat menurun drastis.
  2. Untuk komunitas pengguna linux: Semoga Linux tidak hanya masuk ke Perguruan tinggi saja, tetapi dapat masuk ke sekolah. Selama ini lebih sering pengenalan Linux dan OSS dilakukan ke perguruan tinggi.
  3. Untuk penerbit buku pelajaran sekolah: Seperti kita ketahui bersama, sampai saat ini belum pernah dijumpai buku pegangan siswa yang menggunakan Linux dan Software Open Source. Semoga menjadi masukan bagi para penerbit buku pelajaran TIK, agar membuat buku tersebut.
  4. Untuk perguruan tinggi: Banyak cara untuk menjalin kerjasama dengan sekolah dalam upaya memperoleh calon mahasiswa baru. Salah satu cara yang barangkali menarik adalah memperkenalkan Linux dan OSS yang telah digunakan di perguruan tinggi tersebut ke sekolah.
  5. Untuk lembaga tempat dia bekerja: Apapun alasannya, melakukan pembajakan software adalah hal yang tidak baik. Apalagi sebagai lembaga pendidikan, bagaimana dapat dikatakan berhasil menjadikan sekolah sebagai tempat terbaik bagi siswa dan guru, jika kita telah mendidik anak didik kita untuk membajak? Sekolah sebagai tempat para pendidik dan orang-orang terdidik, seharusnya menjadi tempat terbaik bagi proses dan penerapan HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual) dan pengenalan lisensi software. Solusi yang dapat dipilih hanya ada dua, yaitu membeli lisensi software atau menggunakan linux dan open source software.

Saya hanya dapat memberikan 1 solusi kepada Budi untuk semua permasalahan yang dihadapinya di atas, yaitu pada point 3 (itupun sebagian saja): Untuk aplikasi yang digunakan: Karena kebetulan kemarin saya memperoleh susunan kurikulum TIK berbasis linux dan open source software dari Pak Rus (Pendiri Infolinux), dan setelah saya membaca artikel Mas Romi tentang Padanan Aplikasi Windows dan Linux, berikut ini adalah sebagian daftar software yang dapat digunakan oleh Budi di sekolahnya:

  • Sistem Operasi : Linux, distro Ubuntu/Edubuntu dan Fedora
  • Pengolah Kata: Open Office Writer, Scribus
  • Pengolah Angka: Open Office Calc
  • Presentasi: Open Office Impress
  • Design Grafis: Gimp, GCompris, GPaint
  • Pengolah Grafis: Open Office Draw, Lnkscape, Dia
  • Jaringan komputer: Banyak sekali macamnya…
  • Internet: Mozilla Firefox, Opera, Konqueror, Elinks, Mozilla Thunderbird, Evolution
  • HTML: Bluefish, Gedit, Quanta
  • Programming: Gambas, C, GTK, Vim, PHP, MySQL
  • Multimedia: XMMS, MPlayer, Xine, Real Player
  • Aplikasi Server: DNS, Web, FTP, NFS, Mail
  • FTP: Gftp, Filezilla, Nautilus

Dan jika masih mau menggunakan beberapa aplikasi yang berjalan di mesin sistem yang lain, Budi dapat menggunakan berbagai emulator sistem operasi lain di Linux.

Melihat semua situasi di atas, saya jadi berpikir; pasti lebih mudah memperkenalkan Linux dan OSS di sekolah daerah pedalaman yang belum mengenal komputer sebelumnya, karena tidak harus susah-susah menjelaskan kenapa ada ini dan ada itu. Kita tinggal pasangkan saja Linux dan OSS dalam komputer di sekolah pedalaman tersebut dan mulai memberikan pelatihan serta panduan penggunaannya…

Rekan-rekan pengguna Linux dan Open Source Software, dapatkah membantu Rozieguru memberikan solusi dan langkah-langkah yang lain lagi untuk permasalahannya? Tentang bagaimana memperkenalkan Linux dan software open source di sekolah…

Tidak ada komentar: